Mentan Syahrul Yasin Limpo menegaskan Indonesia sudah tidak meng-impor jagung, kecuali untuk kebutuhan bahan baku industri, seperti bahan pemanis.
"Saya ingin sampaikan bahwa bukan hanya beras yang sebenarnya kita sudah tidak impor, tetapi juga jagung, kecuali yang berkaitan dengan kebutuhan industri, termasuk pemanis dan lain-lain," ujarnya, secara daring, Senin (1/8).
Saat
ini, produksi jagung di Indonesia di atas 18 juta ton. Kendati begitu, sesuai
perintah Jokowi, produksi jagung akan terus ditingkatkan untuk mencukupi
kebutuhan domestik, termasuk industri, dan berupaya meningkatkan ekspor jagung.
Jokowi dalam memerintahkan jajaran menteri untuk meningkatkan produksi jagung,
baik untuk bahan baku, produk pascapanen, termasuk yang sudah melalui proses
budidaya.
Peningkatan
produksi itu melalui intensifikasi lahan dan ekstensifikasi lahan. Sedangkan,
untuk produksi pascapanen, Syahrul menyebut akan melakukan beberapa upaya
seperti membangun sarana pendukung pascapanen seperti silodandryer.
"Tentu
saja toksin (racun) dan lain-lain bisa dikurangi, sehingga kadar air di atas 20
persen, bisa kadar air 14 persen, sehingga sangat layak untuk di market atau di
industri," katanya.
Dalam
kesempatan yang sama, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan
pemerintah akan mendorong produksi jagung di lahan-lahan baru di Papua, Papua
Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara.
"Dengan
total lahan seluas 141 ribu hektare (ha), dan 86 ribu hektare merupakan lahan
baru," tandas Airlangga.
0 Komentar