INI DIA KATA-KATA YANG PALING SERING DISEBUT JOKOWI DALAM PIDATO KENEGARAAN DI SIDANG TAHUNAN MPR RI !

 


Kata "negara", "krisis", dan "ekonomi" menjadi kata-kata yang paling sering muncul dalam Pidato Kenegaraan Joko Widodo, Jokowi, pada tahun ini. Kata-kata tersebut menggantikan "pandemi" dan "kesehatan" yang mendominasi pidato pada dua tahun sebelumnya.

Dalam pidato berisi sekitar 2.662 kata tersebut, kata "negara" disebut sebanyak 22 kali, "ekonomi" muncul sebanyak 14 kali sementara "krisis" sebanyak 11 kali.

Kata-kata lain yang paling sering muncul lainnya adalah kekuatan (7), hilirisasi (7), politik (7), UMKM (7), energi (6), kesehatan (5), korupsi (5), pandemi (4).

Pada pidato tahun lalu, "pandemi" menjadi kata yang paling banyak disebut yakni sebanyak 31 kali disusul kemudian dengan "kesehatan" sebanyak 19 kali. Dominannya kata "krisis" dan "ekonomi" menggantikan "pandemi" dan "kesehatan" mencerminkan dinamika perkembangan domestik dan global saat ini.

Setidaknya ada lima krisis yang disebut Jokowi yaitu krisis kesehatan, krisis energi, krisis pangan, krisis global, dan krisis keuangan. Kata "krisis" lebih kerap memiliki konotasi negatif dan sering didekatkan pada kata "hati-hati", "menghantui dunia", dan "waspada" yang menggambarkan keinginan Jokowi agar semua kalangan tidak menganggap krisis dengan enteng karena sudah menimbulkan dampak yang besar.

"Krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 belum sepenuhnya pulih. Perekonomian dunia belum sepenuhnya bangkit. Tiba-tiba meletus perang di Ukraina, sehingga krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan tidak terhindarkan lagi," tutur Jokowi dalam Pidato Kenegaraan, Selasa (16/8/2022).

Jokowi kemudian mengingatkan bahwa sebanyak 107 negara terdampak krisis, sebagian di antaranya diperkirakan jatuh bangkrut. Diperkirakan 553 juta jiwa terancam kemiskinan ekstrem, dan 345 juta jiwa terancam kekurangan pangan dan kelaparan.

Sementara itu, kata "ekonomi" lebih berkonotasi positif dengan diikutkan pada kata pertumbuhan ekonomi, ekonomi berhasil, ekonomi untuk rakyat, atau ekonomi hijau.

"Pertumbuhan investasi juga meningkat tajam, di mana 52% di antaranya, berada di Luar Jawa. Artinya, ekonomi kita bukan hanya tumbuh pesat, tetapi juga tumbuh merata, menuju pembangunan yang Indonesia sentris," ujar Jokowi.

Kata "kekuatan" dan "hilirisasi"  masing-masing muncul sebanyak tujuh kali. Kata "hilirisasi" memang hampir tidak pernah absen dalam Pidato Kenegaraan Jokowi. Kata tersebut muncul sebanyak tiga kali pada 2019. Pada saat Indonesia tengah fokus penanganan Covid, kata "hilirisasi" masih muncul dalam Pidato Kenegaraan 2020 dan 2021.

Sebagai catatan, Jokowi memang kerap mengatakan jika hilirisasi menjadi salah satu fokus pemerintahannya. Ucapan tersebut diwujudkan dalam bentuk pelarangan impor komoditas seperti nikel untuk mendorong hilirisasi dalam negeri.

Jokowi bahkan menjadikan hilirisasi sebagai satu dari lima fokus utama dalam Pidato Kenegaraan tahun ini.

"Kekuatan kedua Indonesia adalah sumber daya alam yang melimpah. Wilayah yang luas dengan keanekaragaman hayati terkaya di dunia pasti menjadi kekuatan besar Indonesia, jika kita kelola secara bijak dan berkelanjutan. Pertama, hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam harus terus dilakukan," tutur Jokowi.

Yang menarik kata "korupsi" dan "politik" muncul sebanyak lima dan tujuh kali. Dalam pidato-pidato sebelumnya, Jokowi sangat irit menyebut dua kata tersebut.

Pada tahun lalu, kata "korupsi" bahkan hanya muncul sekali dan hanya diucapkan saat menyebut lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jokowi bahkan menyebut beberapa kasus besar korupsi seperti Jiwasraya, ASABRI, dan Garuda.

"Pemberantasan korupsi juga terus menjadi prioritas utama. Untuk itu, Polri, Kejaksaan, dan KPK terus bergerak. Korupsi besar di berhasil dibongkar dan pembenahan total telah dimulai," tutur Jokowi.

Sementara itu, saat menyebut kata "politik", Jokowi lebih kerap menghubungkannya dengan stabilitas. Seperti diketahui, tahun depan, suhu perpolitikan Indonesia dipastikan sudah memanas mengingat pemilu akan digelar pada 2024.

"Saya ingatkan, jangan ada lagi politik identitas. Jangan ada lagi politisasi agama. Jangan ada lagi polarisasi sosial. Demokrasi kita harus semakin dewasa. Konsolidasi nasional harus diperkuat," ucap Jokowi.

Posting Komentar

0 Komentar