Di tengah krisis gandum yang melanda dunia, Jokowi mencari solusi pengganti gandum dengan meningkatkan dan mengembangkan produksi gandum hingga 2024 mendatang. Untuk mewujudkan hal tersebut, Jokowi memberi tugas pada sejumlah jajaran menterinya.
"Kami
harus mengembangkan tanaman pengganti dari gandum," kata Menko
Perekonomian Airlangga Hartarto seusai rapat terbatas di Istana Negara,
Jakarta, Kamis, (4/8).
Saat
ini, pasar ekspor gandum global terdampak oleh perang Rusia-Ukarina dan ancaman
krisis pangan. Airlangga pun menyebut sampai sekarang sudah ada sembilan negara
yang menutup ekspor gandum mereka.
Ia
mencontohkan Kazakhstan yang melarang ekspor sampai 30 September. Lalu,
Kirgizstan, India, Afghanistan, Aljazair, Serbia, dan Ukraina sampai 31
Desember. Kondisi ini kemudian membuat Jokowi ingin mempercepat penanaman
sorgum.
Airlangga
melaporkan luas tanam sorgum hingga Juni mencapai 4.355 hektare di enam
provinsi. Produksinya pun sudah menyentuh 15.243 ton dengan produktivitas 3,36
ton per hektare. "Bapak Jokowi meminta agar dibuatkan roadmap sampai
2024," kata Airlangga.
Untuk
itu, ia menyebut akan ada pengembangan lahan sorgum mencapai 100 ribu hektare
sampai akhir tahun. "Bapak Jokowi minta diprioritaskan untuk daerah Nusa
Tenggara Timur di Kota Waingapu (salah satu kecamatan di Kabupaten Sumba
Timur)," kata Airlangga.
Jokowi
sudah ke Sumba Timur awal Juni lalu dan mengecek uji coba penanaman sorgum di
lahan seluas 60 hektare. Jokowi mengklaim hasil dari uji coba ini sangat baik
secara ekonomi. Penanaman sorgum ini juga mampu merekrut banyak tenaga kerja.
Jokowi
mengimbuhkan, lahan itu nantinya bisa menghasilkan kurang lebih 5 ton sorgum
per hektare per tahun. Sehingga, jumlahnya sekitar 400-an kiologram per bulan.
"Ini kan juga sebuah hasil yang tidak kecil," kata dia di lokasi,
Kamis, (2/6).
Saat
itulah, Jokowi menyampaikan rencana untuk lahan tanaman sorgum di NTT guna
mengurangi ketergantungan impor gandum dan jagung sebagai sumber pangan.
Luas
lahan ini kemudian akan meningkat menjadi 115 ribu hektare dan 154 ribu hektare
pada 2024. Lahan-lahan itu akan disiapkan oleh Mentan Syahrul Yasin Limpo
bersama Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar.
Saat
ini, kata Airlangga, harga sorgum sekitar Rp 3.500 per kilogram. Dengan
produktivitas yang ada, ia menyebut per hektare lahan bisa menghasilkan nilai
jual sorgum Rp 12,5 juta dan biaya produksi Rp 8,4 juta. Tapi kalau dibuat
biji kering sosoh, harganya naik jadi Rp 15 ribu per kilogram dan keuntungannya
bisa mencapai Rp 28 juta untuk sekali panen. Walau demikian, pemerintah sadar
produksi sorgum ini masih terbatas.
"Oleh karena itu
arahan Pak Presiden bahwa pilot project ini harus
diintegrasikan juga dengan peternakan sapi. Batang pohon sorgum ini, selain
untuk makan ternak juga bisa untuk Bioethanol," ujarnya.
Berikutnya,
Jokowi meminta Mentan Syahrul untuk menyiapkan alat dan mesin pertanian
(alsintan) dan ternak yang akan mengkonsumsi pakan dari sorgum. Tujuannya agar
ekosistem sorgum bisa terbentuk di Waingapu.
Lalu,
Airlangga akan menyiapkan peta jalan untuk pengembangan sorgum. Menteri Badan
Usaha Milik Negara Erick Thohir bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Arifin Tasrif kebagian tugas menyiapkan pengembangan bioethanol dari sorgum.
"Namun
tentu kami harus mendorong kapasitas luasan lahan yang diperluas, kontinuitas
produk, dan juga mendapatkan off taker," kata Airlangga.
Salah
satu off taker yang dipertimbangkan pemerintah saat ini adalah
industri pakan ternak. Industri ini sekarang bahan bakunya 50 persen jagung dan
50 persen protein lain. "Tentu dari protein lain ini, salah satunya
sorgum bisa dijadikan untuk pakan ternak," kata dia.
Berikutnya,
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Laksana Ti Handoko kebagian tugas untuk
mengembangkan varietas sorgum. Terakhir, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono diberi
mandat mempersiapkan kebutuhan air, seperti irigasi atau embung di klaster
pertama yang dicoba di NTT tersebut.
Klaster
pertama ini, kata Airlangga, diharapkan bisa menghasilkan dalam seratus hari
(usia panen sorgum) ke depan. "Bisa dievaluasi dalam 100 hari karena
tanaman ini adalah tanaman yang sifatnya 3 bulanan, dan memang kami akan
memperluas di Waingapu," kata dia.
0 Komentar