Wali Kota Solo Gibran Rakabuming
Raka memastikan tidak akan ada lagi istilah cebong dan kampret usai dirinya
bertemu aktivis sekaligus pengamat politik Rocky Gerung. Pertemuan berlangsung
di rumah Rocky Gerung di kawasan Sentul, Jawa Barat, Jumat (23/9/2022).
Saat dikonfirmasi, Gibran mengatakan
kunjungannya ke rumah aktivis yang kerap mengkritisi kebijakan pemerintahan Presiden
Joko Widodo (Jokowi) itu tidak ada ketegangan. Pertemuan berlangsung dengan
diskusi santai antara dirinya dan Rocky Gerung.
"Main aja. Kita semua saudara,
sudah tidak ada lagi (istilah) cebong, kampret, dan lain-lain," kata putra
sulung Presiden Jokowi itu, seperti dilansir Antara, Sabtu (24/9/2022).
Gibran membagikan foto pertemuannya
dengan Rocky Gerung di akun media sosial miliknya. Sejumlah warganet menyambut
baik dan mengapresiasi agenda tak resmi itu. Gibran juga menegaskan tidak ada
permusuhan dengan pihak manapun.
Dalam pertemuan tersebut, keduanya
membahas beberapa hal. Namun, Gibran mengakui pertemuan itu banyak diisi dengan
diskusi.
"(Membahas) human genome,
social movement, dan lain-lain," katanya.
Saat disinggung soal kemungkinan
keduanya membuat proyek bersama, Gibran mengatakan tidak ada rencana apapun
yang dibuat dalam pertemuan tersebut. Termasuk soal pembahasan politik, Gibran
juga enggan memberikan banyak keterangan.
"Ngobrol santai saja,"
ucap Gibran singkat.
Gibran mendatangi rumah Rocky Gerung
di Sentul sehari setelah dia mengikuti kegiatan sekolah partai kepala daerah
kader PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta pada Kamis (22/9/2022).
Sebelumnya, Pendiri Drone Emprit and
Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi mengungkapkan istilah-istilah panggilan
terhadap nama kelompok masih bakal menghiasi di Jagat Media Sosial khususnya
yang terkait dengan Kadrun, Cebong, BuzzerRp, dan BuzzeRp untuk melebeli suatu
kelompok tertentu.
Ismail menerangkan istilah-istilah
tersebut masih ada dan akan berpotensi menjadi pemecah sehingga polarisasi akan
terus terbawa.
"Dalam periode 1 tahun terakir
setelah pilpres lewat (sejak Januari 2022 hingga April), tradisi saling
menyebut kelompok netizen dengan panggilan di atas masih terus berlangsung.
Polarisasi yang dilabeli dengan nama-nama ini terus berjalan dan seolah
dipelihara", Ujar Ismail Fahmi dalam paparannya mengenai 'Pemilu 2024,
Pesta Siapa?' yang diselenggarakan oleh Liputan6.com Rabu 3 Agustus 2022.
Dia juga menerangkan dari beberapa
panggilan tersebut, Istilah Kadrun paling sering muncul dan dilakukan oleh
Netizen.
"Pasca Pilpres sebutan 'Kadrun'
yang paling sering dilakukan (54 persen). sisanya dibagi untuk sebutan
'kampret','buzzerRp',dan 'cebong'" Ujarnya.
Ismail menilai seiring dengan masih
banyaknya sebutan-sebutan tersebut, maka besar kemungkinan polarisasi akan
tetap terjadi.
"Semakin sering
panggilan-panggilan ini disebutkan, semakin polarisasi jadi besar dan terus
terjaga. Berdasarkan data 1 tahun terakhir, penyebutan 'kadrun' yang paling
besar kontribusinya," katanya.
Hal ini disebut akan menjadi PR
bersama untuk dapat mengurangi panggilan tersebut agar masalah polarisasi
netizen jelang Pemilu 2024 dapat terselesaikan.
0 Komentar