Komitmen Ganjar Pranowo dalam pengembangan EBT kini telah dirasakan manfaatnya oleh warga. Energi ramah lingkungan yang dihasilkan bisa dinikmati warga secara murah, bahkan gratis.
Pengembangan EBT dilakukan dengan pemberian bantuan di sejumlah wilayah, di antaranya biogenic shallow (gas rawa), biogas, pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), dan sebagainya.
Salah seorang yang sudah merasakan manfaat langsung pengembangan EBT adalah Uni. Warga Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, itu mengatakan, mesin biogenic shallow di desanya sudah berfungsi sekitar sebulan lalu.
Bantuan dari Gubernur Jawa Tengah itu kini bisa dimanfaatkan warga untuk kebutuhan gas secara gratis. Adanya bantuan tersebut membuat warga sangat mudah mendapatkan pengganti gas elpiji. Biasanya, dalam sebulan ia membutuhkan tiga hingga empat tabung gas elpiji ditambah dengan bahan bakar kayu.
“Ini lebih murah dan lebih irit. Ya, dalam sebulan bisa menghemat Rp100 ribu. Uang itu bisa untuk kebutuhan lain, belanja atau jajan anak,” ujar Ganjar.
Selai itu, Ketua RT 6 RW 1 Krendowahono, Solihin menambahkan, ada 30 kepala keluarga (KK) yang teraliri energi gas rawa tersebut. Sejauh ini, warga yang penerima manfaat tidak dipungut biaya. Namun ke depan Solihin menagatakan akan dihitung berapa biaya untuk kebutuhan listrik. Hal itulah nantinya yang akan ditanggung secara swadaya oleh masyarakat.
Bantuan serupa juga dilakukan di Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara. Ada 100 kepala keluarga yang mendapat manfaat energi baru terbarukan. Kepala Desa Bantar, Eko Purwanto menyatakan, bantuan pengembangan gas rawa di desanya dilakukan secara bertahap. Hingga 2021, gas tersebut sudah dapat disalurkan ke 100 kepala keluarga.
“Ini sangat bermanfaat, dari 600 kepala keluarga sudah ada 100 kepala keluarga yang mendapat manfaat dari gas rawa ini,” kata Ganjar.
Warga Desa Bantar, Badar, mengaku senang karena bantuan tersebut sebagai langkah solutif untuk pemenuhan kebutuhan gas.
“Senang karena ini lebih mudah dan murah. Kalau di sini gas elpiji bisa Rp23 ribu per tabung, dan susah,” ucap Ganjar.
Sementara, warga Desa Sidomulyo, Lebakbarang, Kabupaten Pekalongan mendapat pasokan listrik yang bersumber dari pembangkit listrik tenaga mikrohodro (PLTMH).
Ganjar memberikan bantuan dua PLTMH di Dusun Parakandowo. Listrik yang dihasilkan, digunakan untuk keperluan penerang jalan, lokasi wisata, fasilitas umum, dan rumah tangga.
Total ada 80 kepala keluarga yang menerima manfaat PLTMH. Selain itu, listrik juga mengalir ke balai desa, masjid, sekolah, dan tempat wisata. Salah satu warga yang memanfaatkan aliran listrik dari PLTMH adalah Yuli. Ia memanfaatkan listrik tersebut untuk keperluan rumah tangga sekaligus mendukung usaha jahitnya.
“Untuk seluruh rumah dan usaha menjahit ini. Karena lebih murah, cukup Rp20 ribu per bulan,” terang Ganjar.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyadari bahwa provinsinya kaya dengan potensi energi baru terbarukan (EBT). Selama 2022, Ganjar memaksimalkan EBT hingga ke desa-desa.
Berdasarkan data Data Dinas ESDM Jateng, lebih dari 2.000 desa di Jateng telah mandiri dengan memanfaatkan energi terbarukan. Selain Dinas ESDM, Pemprov Jateng juga mengerahkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk memasifkan kemandirian energi di desa.
Ganjar Pranowo menyampaikan, pihaknya berkomitmen mengembangkan terkait EBT dan harus dieksekusi. Meski disadarinya, itu mahal, berat dan tidak mudah, tapi Ganjar Pranowo terus gerilya dengan kekuatan lokal yang ada.
“Ya meski belum berhasil-berhasil amat, kita sudah memulai. Kita mencoba mencari kekuatan lokal dan partisipasi dari masyarakat, untuk jalan pelan-pelan meskipun kecil. Beberapa desa sudah jalan bagus dan ini yang paling penting adalah, masyarakat bisa mandiri energi,” kata Ganjar.
0 Komentar