Presiden Jokowi memperkirakan Indonesia bakal menjadi produsen mobil listrik terbesar dunia pada 2027 mendatang. Dia beralasan, perkiraan ini tak lain karena Indonesia tengah membangun ekosistem kendaraan listrik, termasuk pembangunan pabrik baterai hingga kendaraan listrik.
Jokowi menyebut, Indonesia sudah memiliki modal utama untuk mencapai target tersebut yakni sumber daya alam tambang berupa nikel, bauksit, timah, hingga tembaga yang merupakan bahan baku untuk membuat baterai hingga mobil listrik di dalam negeri.
"Kalau kita nantinya ekosistem besar ini dibangun, nikel diintegrasikan dengan tembaga, dengan bauksit, dengan timahnya karena ini berada di pulau-pulau yang berbeda-beda, bisa diintegrasikan dengan menghasilkan EV battery, lithium baterai, itu saja saya gak tau berapa kali nilai tambah yang muncul," tuturnya dalam Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu (01/02/2023).
"Kalau bisa masuk lagi ke mobil listrik, ya kita jadi produsen terbesar mobil listrik terbesar di dunia, saya gak tau nilai tambah yang muncul di angka berapa. Perkiraan saya di 2027 jadi ini barang," lanjutnya.
Oleh karena itu, menurutnya, Indonesia perlu konsisten dalam menjalankan program hilirisasi komoditas tambang di dalam negeri. Presiden pun menegaskan agar Indonesia jangan takut bila harus kembali digugat oleh dunia internasional karena kebijakan melarang ekspor mineral mentah untuk dimanfaatkan dalam program hilirisasi di dalam negeri.
"Jangan takut, konsisten, kawal terus," tegasnya.
Presiden pun optimistis bila hilirisasi ini berjalan lancar, maka Produk Domestik Bruto (PDB/ GDP) RI pada 2045 bisa mencapai US$ 9-11 triliun dan pendapatan per kapita RI melonjak menjadi US$ 21-29 ribu.
"Jadi negara maju kita. Tapi kalau nanti digugat, kita mundur, kita belok, enak lagi, ekspor, lupakan kita jadi negara maju," tandasnya.
Seperti diketahui, pada Oktober 2022 lalu Indonesia telah dinyatakan kalah di dalam gugatan pertama Uni Eropa di Badan Penyelesaian Sengketa atau Dispute Settlement Body (DSB) Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait larangan ekspor bijih nikel.
Meski demikian, Indonesia tidak tinggal diam dan telah mengajukan banding pada Desember 2022 lalu.
Presiden pun menegaskan agar para menterinya tetap fokus dengan kebijakan yang ada saat ini dan jangan takut meski digugat internasional.
"Saya sampaikan ke Menteri jangan tengok kanan kiri. Digugat di WTO, terus, kalah tetap terus, karena inilah yang akan melompatkan negara berkembang menjadi negara maju, apalagi negara kita," tuturnya.
Pada tahun ini Presiden Jokowi menyebutkan bahwa Pemerintah Indonesia akan melarang ekspor mineral mentah, antara lain bauksit, tembaga, hingga timah. Hal ini menyusul kesuksesan hilirisasi nikel di mana ekspor bijih nikel juga sudah dilarang sejak 2020.
0 Komentar