Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo optimistis problem kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah akan tuntas pada 2024. Hal itu disampaikannya seusai melakukan rapat koordinasi percepatan pengentasan kemiskinan di Magelang, Kebumen, dan Purworejo, di Balaidesa Donorojo, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Selasa (31/1/2023).
“Optimislah kalau saya melihat Kades (kepala desa) saja punya ghiroh (semangat) untuk memperbaiki data, verifikasi, validasi sampai kemudian dia (para kades) memperbaiki. Itu yang bikin saya optimis,” ujar Ganjar.
Semangat para kades tersebut, lanjutnya, perlu didukung oleh camat masing-masing, dengan memberikan laporan tiap minggu, sebagai bahan analisa dan evaluasi.
“Agar bisa melaksanakan itu, teman-teman Camat kita minta untuk jadi supervisor. Tiap minggu kita laporkan, maka tiap minggu akan kita analisis, sehingga nanti kita akan terjun,” tuturnya.
Tindak lanjut di lapangan secara langsung itu, akan melibatkan perguruan tinggi.
“Penerjunan inilah perguruan tinggi akan kita libatkan. Contohnya, hari ini UGM nanti yang barat bisa Unsoed, dan kalau swasta ada UMP, sekitar Solo Raya ada UMS dan UNS. Untuk Semarang Raya banyak, bisa kita dorong. Untuk target pengentasan kemiskinan habis di 2024,” tegas gubernur berambut putih itu.
Untuk itu, Ganjar meminta pendataan dilakukan secara optimal. Sehingga, pengentasan kemiskinan ekstrem bisa dilakukan dengan cepat.
“Ya programnya sekarang pendataan dan percepatan,” paparnya.
Selain itu, Ganjar juga fokus penanganan stunting. Dalam kesempatan itu, Ganjar meluncurkan program asupan gizi dengan beras fortifikasi.
Beras fortifikasi adalah beras yang diperkaya dengan zat gizi mikro tambahan. Kandungan nutrisi di dalam beras fortifikasi yakni vitamin A, B1, B3, B12, B9 (asam folat), zat besi, dan zinc.
“Inilah asupan gizi yang coba kita bantu, kerja sama dengan Bank Jateng, UGM, sama pemprov. Ini launching, Magelang jadi percontohan. Nanti juga ada Purbalingga dan Brebes,” tandasnya.
0 Komentar