PT Freeport Indonesia membeberkan konstruksi smelter tembaga miliknya akan segera rampung pada akhir tahun 2024 mendatang. Sejatinya, hal itu bersamaan dengan selesainya masa jabatan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas mengungkapkan bahwa smelter atau fasilitas pemurnian dan pemrosesan tembaga keduanya yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE Gresik, Jawa Timur ditargetkan bisa berproduksi kapasitas penuh pada akhir tahun 2024 mendatang.
"Jadi mulai 2024 kita mulai produksi, tapi kan akan ramp up dulu, jadi kan kita lakukan ramp up bertahap dan diharapkan produksi full capacity 100% akan mulai di akhir tahun 2024," ungkap Tony.
Memang, Tony mengungkapkan proses pembangunan smelter yang digadang-gadang bisa memproses hingga 1,7 ton tembaga itu sudah berprogress sekitar 54,5% hingga akhir Januari 2023 lalu.
Dia mengatakan konstruksi fisik dari smelter tembaga itu akan selesai sepenuhnya pada akhir tahun ini. Sehingga setelah konstruksi fisik selesai, pihaknya akan segera melakukan pre commissioning dan commissioning.
"Sampai dengan akhir Januari progresnya sudah 54,5%, dan per akhir bulan ini per bulan Februari diperkirakan akan meningkat ke 56%. Dan rencananya akhir tahun ini akan selesai konstruksi fisiknya 100% selanjutnya akan dilakukan pre commissioning dan commissioning sehingga bisa mulai produksi pada Mei 2024," tambahnya.
Dia juga mengatakan, proyek pembangunan smelter ini menghadapi sejumlah kendala selama pandemi, sehingga berdampak pada mundurnya target penyelesaian konstruksi proyek ini.
Tony menyebutkan, seharusnya smelter tembaga itu sudah bisa memulai produksinya pada akhir 2023. Namun karena pandemi Covid-19, lanjutnya, smelter ini baru bisa beroperasi pada Mei 2024 mendatang.
"Kendala utama yang kami hadapi atau yang telah kami hadapi adalah situasi Covid yang membuat proyek ini tertunda satu tahun. Tadinya rencana akan mulai produksi akhir 2023, jadi itu tantangan utama," ungkapnya.
Dia mengatakan bahwa tantangan selanjutnya yang dihadapi adalah mengatur proyek dengan jadwal yang ketat dengan baik dan benar.
Selain itu, ketersediaan lapangan kerja dan pemasok bahan baku menurutnya juga turut menjadi tantangan dalam membangun smelter tembaga kedua milik PTFI ini.
"Tantangan berikutnya adalah jadwal yang ketat. Ini kan proyek yang menghabiskan Rp 45 triliun atau sekitar US$ 3 miliar yang merupakan smelter tembaga terbesar di dunia, single line. Ini memang tantangan how to manage, bagaimana manage project ini menjadi tantangan utama. Ketersediaan lapangan kerja juga kemudian supply chain juga pemasok-pemasok ini kan harus koordinasi dengan baik," tambahnya.
Seperti diketahui, smelter tembaga ini bisa menghasilkan 600 ribu ton katoda tembaga per tahunnya. Selain itu, smelter ini juga akan menghasilkan 50 ton emas dan 150-200 ton perak per tahun.
Hingga 2022, Freeport sudah menghabiskan biaya senilai US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 24 triliun (asumsi kurs Rp 15.029 per US$) dari total biaya yang akan dikeluarkan sebesar US$ 3 miliar atau sekitar Rp 45 triliun.
Selain itu, seluruh tiang pancang smelter ini juga sudah selesai terpasang dan pekerjaan beton smelter dan instalasi baja juga sudah dilakukan.
Ketika smelter tembaga baru ini beroperasi secara penuh, tenaga kerja yang akan terserap setidaknya sekitar 1.500 orang. Sementara pada masa konstruksi, proyek smelter ini secara kumulatif bakal menyerap tenaga kerja hingga 40 ribu orang.
0 Komentar