Mantan politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko memutuskan mendukung Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (Capres) 2024. Menanggapi hal itu, Pengamat Politik Yunarto Wijaya menyebut dukungan Budiman justru bisa berpotensi blunder atau merugikan Prabowo.
"Kalau saya pribadi melihatnya ini blunder untuk Pak Prabowo kalau kita baca monitoring dari pemberitaan terkait Budiman. Hanya Budiman yang untung, Prabowo yang rugi," kata Yunarto.
Yunarto menilai, keuntungan bagi Budiman adalah dengan mendapatkan kembali panggung politiknya. Sebab Budiman bersama PDIP tidak lagi bersinar setelah kalah nyaleg pada Pemilu 2019.
Sementara itu, terbentuknya kelompok relawan Prabu (Prabowo-Budiman) justru harus diantisipasi oleh Prabowo sendiri.
“Budiman disebut mendapatkan panggung atau perhatian publik dengan pembahasan tentang kasus ‘98’, sementara peran Prabowo juga terangkat kembali, termasuk fakta pemberhentiannya dari TNI karena dinilai bersalah oleh Dewan Kehormatan Kehormatan (DKP) ABRI,” tutur Yunarto.
Dalam berbagai forum, Budiman Sudjatmiko terlihat kerap menyampaikan kembali tentang kasus tersebut yang berkaitan dengan seputar penculikan aktivis dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
"Budiman mendapatkan panggung tetapi pembicaraan mengenai kasus 98, penculikan aktivis, itu malah menjadi bunyi kembali. Jadi, kalau ditanya siapa yang mendapatkan narasi positif di sini saya kira tidak ada," ujar Yunarto Wijaya.
Yunarto kembali mengingatkan, keputusan Prabowo untuk menerima Budiman justru merugikan Prabowo lantaran pembahasan tentang kasus yang menyudutkannya malah membuat publik kembali sadar.
"Pak Prabowo justru malah mendapatkan tone negatif karena perbincangan yang selama ini menjadi beban buat Pak Prabowo, yang membayang-bayangi selalu Prabowo Subianto naik turun terkait dengan 98 yang penculikan aktivis karena adanya isu Budiman Sujatmiko itu kembali naik," tandasnya.
0 Komentar