Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC) A. Khoirul Umam memiliki pandangan tersendiri perihal "tercecernya" elektabilitas bakal calon presiden Koalisi Perubahan Anies Baswedan. Terbaru, hasil survei Litbang Kompas periode Agustus 2023, kembali mengonfirmasi "tercecernya" elektabilitas Anies yang tertinggal dibandingkan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
"Meskipun pernah mencapai elektabilitas di sekitar angka 29% pada pengujung 2022, namun selama paruh pertama tahun 2023 ini, elektabilitas Anies selalu "tercecer" di posisi terbawah dengan jarak angka cukup jauh dibanding capres potensial lainnya seperti Prabowo dan Ganjar," katanya di Jakarta, Rabu (23/8/2023).
"Tercecernya elektabilitas Anies itu juga dibayangi oleh kondisi Koalisi Perubahan yang kian stagnan. Di saat PKS dan Demokrat mengklaim siap mendeklarasikan pasangan capres-cawapres dan membentuk infrastruktur pemenangan Anies, Nasdem justru tampak bersikeras mengulur waktu hingga menit-menit terakhir (last minutes)," lanjutnya.
Menurut Khoirul Umam, tidak bergeraknya Nasdem kemungkinan besar disebabkan oleh situasi di mana sang ketua umum partai Surya Paloh tersandera oleh tangan-tangan kekuasaan yang tak terlihat (the invisible hand), yang belakangan punya hobi "menggebug" lawan politik dengan instrumen hukum. Karena ketakutannya pada manuver "tukang gebug" itu, lanjut dia, Paloh terus memilih diam, mengulur waktu, dan tidak segera memutuskan nasib keberlanjutan pencapresan Anies.
"Di sisi lain, Anies yang seharusnya tampil agresif memimpin koalisi, kini juga ikut-ikutan diam menyaksikan koalisinya stagnan dan elektabilitasnya masih terseok-seok pada enam bulan menjelang Pilpres 2024 mendatang. Bahkan, selaku capres Pro-Perubahan, Anies sendiri belakangan juga tampak semakin gamang dan tidak cukup keberanian untuk mengkritik kebijakan pemerintahan yang ia klaim hendak ia ubah," ujar Khoirul Umam.
Problemnya, menurut dia, stagnasi elektabilitas Anies dan bergemingnya Nasdem dalam jangka panjang ini betul-betul menjadi "ujian berat" bagi partai-partai pengusung Anies lainnya.
Selain terancam tidak akan mendapatkan efek ekor jas (coat tail effect) dari pencapresan Anies, PKS dan Demokrat kini juga tampak mulai gusar setelah merasakan koalisinya seolah tidak ada kemajuan, tidak ada kesetaraan dalam pengambilan keputusan di internal koalisi, dan tidak ada keseriusan untuk bergerak bersama.
0 Komentar