Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyebutkan pentingnya pertahanan kebudayaan agar Indonesia punya karakter dan identitas yang kuat.
“Ini yang kemarin ditanyakan kenapa kita tidak membangun pertahanan budaya, strategi kebudayaan agar kita punya karakter yang kuat,” kata Ganjar saat berkunjung ke Pesantren dan Rumah Kebudayaan Wongsorogo di Desa Sidorejo, Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Selasa (23/1).
Ganjar mengatakan, pesantren sekaligus rumah budaya yang dipimpin budayawan Gus Paox Iben Mudhaffar itu memiliki semangat menyebarkan ilmu keagamaan yang berjalan beriringan dengan masyarakat dan kebudayaan.
“Nyantrinya tidak hanya ngaji Al-Quran, tafsir, kitab tapi juga belajar kebudayaan, kesenian. Jadi istilahnya jiwa raganya belajar di sini, maka ini model pondok pesantren yang lengkap dengan tradisi ke-Indonesiaan yang ada,” ujar Ganjar.
Ndalem Wongsorogo, tidak hanya menyediakan fasilitas pesantren untuk santri saja, tetapi juga kegiatan seni budaya seperti gamelan, wayang, batik, barongan hingga lukis.
Menurut Ganjar, yang dilakukan Gus Paox lewat pesantren dan rumah budaya Wongsorogo adalah upaya konkret untuk melakukan ketahanan budaya Indonesia.
Oleh sebab itu, Ganjar mendorong lebih banyak tempat serupa di seluruh daerah se-Indonesia agar pertahanan budaya semakin kuat.
Ganjar juga menyebutkan siap memfasilitasi jika terpilih menjadi Presiden RI 2024-2029. Baik lewat program dan kebijakan maupun regulasi baru nantinya jika diperlukan.
“Rasa-rasanya ini yang kemarin banyak budayawan, seniman tanyakan ke saya kenapa kita tidak bicara pertahanan budaya, strategi kebudayaan yang hari ini banyak dipertanyakan seniman dan budayawan. Secara penegakan hukum mesti dilakukan dan kita mesti serius. Karena kalau ruang ini dijaga, dikembangkan, termasuk regulasi kita atur dan kita tegakkan rasanya industri ini akan berkembang luar biasa,” paparnya.
Dia pun mengaku siap melibatkan seluruh budayawan, seniman dan tokoh-tokoh lainnya untuk melaksanakan teori pembangunan ‘no one left behind’ atau tidak ada satupun yang tertinggal.
“Inilah model-model ‘bottom up’ yang mesti didorong. Teori perencanaan pembangunannya itu namanya jangan ada yang ditinggalkan” ucapnya.
Sementara itu, Gus Paox menerangkan bahwa pesantren yang diasuhnya bukan hanya untuk belajar mengaji saja, tetapi juga mengolah seni dan budaya. Hal itu agar santri mampu mengasah daya spiritualnya.
“Di sini santri mengaji dan juga belajar seni dan budaya. Jadi, agar spiritualnya benar-benar terasah,” ujarnya
Menurut dia, Indonesia ke depan harus bisa berdaulat kebudayaan. Dan itu membutuhkan peran pemimpin, seperti Ganjar Pranowo.
“Kami berharap Pak Ganjar bisa memperhatikan kebudayaan. Dan saya juga sudah sering bertemu dengan Pak Ganjar, saya lihat punya semangat yang sama,” tutur Gus Paox.
0 Komentar