PSST ! INI DIA RAHASIA JOKOWI BAWA RI JAUHI RESESI !

  


Perekonomian Indonesia pada kuartal kedua tahun ini diperkirakan mencapai 5,17% year on year (yoy). Jika menjadi kenyataan, maka ekonomi nasional akan tumbuh di atas 5% selama tiga kuartal beruntun. Resesi kian menjauh dari bumi pertiwi.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 145 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 3,50% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq). Pada kuartal I-2022, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (yoy) tetapi mengalami kontraksi sebesar 0,96% (qtq).

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menkeu Sri Mulyani Indrawati kompak memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional berada di atas 5%. Pun begitu juga dengan Bank Indonesia (BI) sebagai penjaga stabilitas.

Lantas, apa rahasia Jokowi agar Indonesia tidak terkena resesi di tengah negara lain yang juga kini dalam situasi berat?

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan kuatnya konsumsi rumah tangga, pelonggaran mobilitas, ekspor yang meningkat, dan situasi Covid-19 yang terkendali menjadi penggerak ekonomi Indonesia pada April-Juni 2022.

"Konsumsi rumah tangga akan menjadi motor utama penggerak ekonomi. Permintaan masyarakat dan aktivitas ekonomi terus meningkat. Penyaluran bantuan tunai juga ikut menaikkan konsumsi," tutur Faisal.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang digelar secara normal merupakan penggerak utama konsumsi pada kuartal II-2022.

"Konsumsi rumah tangga cukup terdorong oleh faktor lebaran. Lebaran tahun ini kondisi hampir normal sementara lebaran tahun lalu masih rendah," tutur Irman.

Sebagai catatan, Ramadan tahun ini berlangsung sejak 3 April hingga 1 Mei sementara Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 2 Mei 2022. Setelah dua tahun merayakan Lebaran dalam pembatasan mobilitas, warga Indonesia bisa merasakan kembali Hari Raya Idul Fitri yang meriah pada tahun ini.

Pemerintah bahkan mengizinkan masyarakat untuk mudik setelah melarangnya pada 2020 dan 2021. Data Kemenhub memperkirakan ada 85,5 juta pergerakan orang mudik selama Lebaran tahun ini.

Besarnya masyarakat yang mudik berimbas pada perputaran uang selama Lebaran. Bank Indonesia memperkirakan perputaran uang selama mudik mencapai Rp 180,2 triliun, meningkat 16,6% dibanding periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 154,5 triliun.

Uang tersebut tentu saja tidak hanya berputar di Jakarta atau kota besar saja tetapi juga mengalir ke daerah seiring mobilitas mudik sehingga mendongrak pertumbuhan di daerah.

Data Bank Indonesia juga menunjukkan Indeks Penjualan Riil berada di 239,2 pada April 2022. Pencapaian tersebut adalah yang tertinggi sejak Mei 2019 atau dalam tiga tahun terakhir. Indeks Kepercayaan Konsumen pada Mei bahkan meloncat ke 128,9. Indeks itu adalah yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

Sementara itu, Mandiri Spending Index mencatat selama Ramadan tahun ini, indeks frekuensi belanja berada di level 179,4, sementara indeks nilai belanja naik ke level 159,9. Catatan tersebut adalah yang tertinggi sepanjang pandemi Covid19 atau lebih dari dua tahun terakhir.

Irman mengatakan, konsumsi bukan faktor tunggal penggerak ekonomi pada kuartal II. Kinerja ekspor hingga investasi juga tidak kalah kinclong dan menopang laju ekonomi pada April-Juni.

"Faktornya lebih kepada investasi non-bangunan terutama dari FDI (foreign direct investment)," ujarnya.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada kuartal II-2022 mencapai Rp 302,2 triliun, naik 35,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan tahunan investasi menjadi yang tertinggi, setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Pada kuartal II-2022, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) menembus Rp 139 triliun atau meningkat 30,8%(yoy).

Sementara itu, realisasi penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp 163,2 triliun atau melonjak 39,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Investasi pemerintah yang disalurkan melalui belanja modal naik tipis menjadi Rp 38,1 triliun pada kuartal II-2022 dari Rp 37,4 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Lonjakan harga komoditas energi dan pangan juga berandil besar mendukung pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 melalui jalur ekspor. Indonesia bak menerima 'durian runtuh'. BPS mencatat ekspor pada kuartal II-2022 menembus US$ 74,93 miliar atau naik 38,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Impor tumbuh 24,6% menjadi US$ 59,37 miliar pada kuartal lalu.

"Ekspor masih tumbuh double digit karena meningkatnya permintaan dan membaiknya sektor pariwisata," tutur Faisal.

Sementara itu, belanja pemerintah pada kuartal II-2022 mencapai Rp 753 triliun, meningkat 16,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Belanja pemerintah untuk perlindungan sosial meningkat menjadi Rp 107,3 triliun dibandingkan Rp 86,4 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Posting Komentar

0 Komentar