Jokowi mengatakan, pemerintah akan menghentikan ekspor timah dan bauksit pada tahun ini. Hal itu dilakukan untuk mendorong percepatan transformasi ekonomi menuju ekonomi yang memiliki nilai tambah. Namun, keputusan beraninya itu mendapat tantangan dari negara lain, khususnya dari Uni Eropa (UE).
"Tapi kita digugat di WTO oleh Uni Eropa, dibawa ke WTO, digugat. Saya sampaikan kepada mereka silakan digugat, akan saya hadapi. Indonesia akan hadapi ! Barang-barang kita sendiri, nikel-nikel kita sendiri, kenapa Uni Eropa ramai dan menggugat? Karena industri baja mereka menjadi tidak ada yang memasok bahan bakunya, industrinya beralih ke Indonesia !" kata Jokowi dalam acara Silaturahmi di PPAD, Sentul, Jawa Barat, dikutip dari Youtube Setpres, Jumat (5/8/).
Jokowi kemudian memberikan contoh bahwa Indonesia sejak zaman VOC, Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Dia menyebut pada 2014 nilai ekspor bahan mentah nikel hanya US$1,1 miliar atau sekitar Rp15 triliun per tahun. Namun, begitu ekspor bahan mentah dihentikan dan nikel diolah menjadi produk yang bernilai tinggi, nilai ekspor melambung menjadi Rp300 triliun di 2021.
"Kita sejak zaman VOC, ekspornya bahan mentah. Bahan mentah, memang itu paling enak. Batu bara keruk langsung kirim bahan mentah, nikel keruk kirim bahan mentah, tembaga keruk, Freeport kirim bahan mentah. Bertahun-tahun kita menikmati itu dan lupa menyiapkan fondasi industrialisasinya," ujarnya.
Presiden pun mengungkapkan manfaat yang dapat diperoleh Indonesia dari melakukan industrialisasi. Pertama, pajak kepada pemerintah akan melompat. Kedua, lapangan kerja juga ada di Indonesia, bukan di negara lain. Dia menyebut, industrialisasi akan membuka lapangan pekerjaan yang sangat banyak.
Jokowi mengatakan dirinya akan memerintahkan BUMN untuk mengolah timah dan bauksit menjadi produk yang bernilai tinggi. BUMN nantinya dapat bekerja sama dengan swasta.
"Kalau BUMN sama swasta belum siap teknologinya, mengambil partner enggak apa-apa. Partner asing untuk transfer teknologi enggak apa-apa, kenapa kita alergi? Tapi pabrik, industrinya ada di dalam negeri," ujarnya.
0 Komentar