Presiden Joko Widodo meminta
pemerintah daerah (pemda) untuk tidak ragu dalam mengalokasikan anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk menyelesaikan persoalan dari
penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM). Apalagi, pemerintah telah
mengeluarkan payung hukum yang jelas melalui Peraturan Menteri Keuangan dan
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri.
“Tidak perlu ragu-ragu menggunakan
anggaran yang ada karena sudah ada Peraturan Menteri Keuangan dan juga SE dari
Menteri Dalam Negeri. Payung hukumnya sudah jelas asal penggunaannya
betul-betul digunakan dalam rangka untuk menyelesaikan persoalan karena
penyesuaian harga BBM yang minggu lalu baru disampaikan,” ucap Presiden saat
memberikan arahan dalam pertemuan dengan seluruh kepala daerah secara luring
dan daring di Istana Negara, Jakarta, pada Senin, 12 September 2022.
Menurut Presiden Jokowi, realisasi
APBD hingga saat ini masih berada di angka 47 persen, padahal kontribusi APBD
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sangat besar. Untuk itu, Presiden mendorong
pemda menggunakan dua persen dari komponen anggaran dalam APBD yaitu dana
transfer umum yang terdiri atas dana bagi hasil (DBH) dan dana alokasi umum
(DAU) untuk menyelesaikan persoalan akibat penyesuaian harga BBM.
“Kalau kita lihat posisi per hari
ini dana 2 persen dana transfer umum itu masih kira-kira Rp2,17 triliun
kemudian belanja tidak terduga Rp16,4 (triliun) baru digunakan Rp6,5 triliun.
Artinya masih ada ruang yang sangat besar untuk menggunakan dana alokasi umum
maupun belanja tidak terduga oleh provinsi, kabupaten, maupun kota,” lanjutnya.
Dana tersebut, lanjut Presiden,
dapat digunakan pemda untuk memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang
terdampak akibat penyesuaian BBM, seperti nelayan, tukang ojek, hingga para
pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dalam bidang transportasi,
pemda juga dapat membantu transportasi umum yang mengalami kenaikan tarif.
“UMKM bisa juga dibantu dalam
pembelian bahan baku yang naik karena kemarin ada penyesuaian harga BBM.
Transportasi umum juga bisa dibantu kenaikan tarifnya berapa itu yang dibantu
bukan total dibantu, tapi kenaikan tarif yang terjadi itu bisa dibantu lewat
subsidi ini,” tambahnya.
Selain itu, pemda dapat memanfaatkan
komponen anggaran lain yaitu belanja tidak terduga untuk mengendalikan inflasi
di daerah masing-masing seperti kenaikan bahan pangan. Misalnya, terjadi
kenaikan harga bawang merah, Presiden Jokowi menyebut pemda dapat membantu
biaya transportasi agar harga bawang merah di petani dan di pasar tetap sama.
“Misalnya harga bawang merah. Bawang
merah berasal yang banyak dari Brebes, misalnya ini Provinsinya Lampung. Brebes
ke Lampung berapa transportasinya? Biaya transportasinya Rp3 juta itu yang
ditutup oleh pemda sehingga harga yang terjadi adalah harga petani di Brebes
kemudian sama dengan harga yang ada di pasar. Kalau itu semua daerah melakukan,
ini kita akan bisa menahan inflasi agar tidak naik,” kata Presiden.
Sebagai penutup, Presiden
mewanti-wanti para kepala daerah untuk waspada terhadap inflasi, utamanya yang
berkaitan dengan harga pangan karena pangan berkontribusi cukup besar terhadap
kemiskinan di daerah. Apabila harga pangan naik, Presiden menyebut kemiskinan
di daerah juga akan ikut naik.
“Utamanya itu beras sebagai komponen
utama. Jadi hati-hati kalau harga beras di daerah Bapak, Ibu sekalian itu
meskipun hanya Rp200 atau Rp500 (naik), segera diintervensi karena itu
menyangkut kemiskinan di provinsi, di kabupaten, dan di kota Bapak, Ibu pimpin.
Itu akan langsung bisa naik angka kemiskinannya,” tandasnya.
0 Komentar