Presiden Joko Widodo atau Jokowi membuka akses pasar yang luas bagi para pegiat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Strategi tersebut dilakukan guna mewujudkan kemajuan untuk UMKM.
Anggota DPR RI Adisatrya Suryo Sulistio melihat keseriusan Jokowi dalam merealisasikan UMKM naik kelas. Selain pembukaan akses pasar, Jokowi juga giat melakukan pendampingan dan pelatihan.
“Kita lihat sekarang ada pendampingan dan pelatihan untuk UMKM. Penjualan dan akses pasarnya juga diperhatikan. Saya rasa ini merupakan bentuk keberpihakan pemerintah (Jokowi) pada UMKM,” ujar Adi.
Pembukaan akses pasar yang dilakukan Jokowi pada UMKM juga diwujudkan melalui transformasi digital. Adi menuturkan strategi Jokowi mendorong UMKM go digital membuat akses pasar bagi produk lokal semakin luas.
“Digitalisasi yang didorong oleh Pak Jokowi sangat penting untuk pelaku usaha. Digitalisasi akan membuat jangkauan lebih luas sehingga produk-produk atau jasa yang dihasilkan UMKM itu lebih bisa tersebar luas dan tepat,” terangnya.
Adi mengatakan bahwa Jokowi sangat berkomitmen untuk mambawa UMKM naik kelas. Jokowi jug menyediakan bantuan permodalan melalui bank-bank BUMN. Sebagai anggota legislator, Adi mendukung penuh upaya Jokowi tersebut.
“Langkah yang dipikirkan Pak Jokowi sangat baik dan tepat menurut saya. Saya sebagai anggota komisi VI sangat mendukung dan mendorong itu,” pungkasnya.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku bangga dengan adanya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan sistem klasterisasi. Salah satunya bisa memperkuat ekosistem perdagangan.
Dalam hal ini termasuk dari proses hulu hingga hilir dengan melibatkan UMKM. Sebagai contoh, adanya KUR klaster holtikultura yang diberikan kepada Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Al-Ittihaq.
"Kredit usaha rakyat (KUR) total sudah 39,4 juta UKM yang memanfaatakan ini. dan saaya senang sekaranga da model KUR klaster, ini bener memang harus diklasterkan, harus diklasterkan, saya senang tadi ada pondok pesantren yang sampai dapat sekian miliar untuk urusan holtikultura," ungkapnya.
Melalui sistem ini, Jokowi bangga melihat hasil produksi seperti sayur bisa masuk ke jaringan penjualan yang luas. Artinya, ada pihak yang menjadi penyerap hasil partanian, serta ada jaminan pembeli di sisi konsumen.
Selain sektor ini, Jokowi juga menyinggung soal pengembangan ekosistem kopi di Toraja. Di sektor ini, Jokowi menyebut ada dana sekitar Rp 50 miliar untuk pengembangan ekosistem usaha.
Sistem pinjaman klaster menyimpan sejumlah keuntungan, salah satunya adalah kelompok di satu sekto usaha yang sudah berkumpul. Sehingga, penyaluran biaya akan lebih mudah dan praktis, baik di sisi penerima, maupun di sisi pemberi pinjaman.
"Yang pinjami (memberi pinjaman) juga gak ngurusin satu persatu, ngurusi berapa Rp 10 juta-10 juta, kalau Rp 50 miliar berapa orang kan, bank nya juga pusing. Lebih bagus grek (langsung serentak), kemudian di klaster itu dibagi-bagi (ke pelaku usaha)," bebernya.
"Dan kalau sudah berpikiran seperti itu, nanti larinya ke apa? kopi tidak hanya jualan mentahan, bahan mentah tetepi bisa sudah menjadi barang tengah jadi atau barang jadi, atau sekarang ini yang saya lihat sudah banyak sekali di daerah-daerah yang packagingnya sudah bagus sekali, kemasannya sudah bagus, menjualnnya akan lebih gampang," tambah Kepala Negara.
0 Komentar