Para aktivis 98 dari eks anggota Partai Rakyat Demokratik (PRD) menyatakan kekecewan terhadap sikap mantan Ketua Umum PRD Budiman Sudjatmiko yang mendukung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
PRD menilai Budiman telah melupakan sejarah kelam Orde Baru dan mengkhianati perjuangan rekan-rekannya yang menginginkan kasus penculikan aktivis reformasi yang dilakukan Tim Mawar Kopassus, diusut tuntas. Saat itu Tim Mawar di bawah tanggung jawab Prabowo.
Hal tersebut disampaikan eks Sekjen PRD Petrus Hariyanto mewakili para aktivis yang kini tergabung dalam Forum Rakyat Demokratik (FRD).
"Apa yang dilakukan oleh kawan kami, Budiman Sudjatmiko, sungguh langkah yang membuat kami kecewa karena dia menjadi bagian dari gerakan yang ingin melupakan sejarah masa lalu," kata Petrus dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (27/7/2023).
Petrus mengatakan, Budiman sebagai pelaku sejarah merasakan langsung bagaimana rezim Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto memperlakukan para aktivis reformasi.
Di rezim Orde Baru, PDR dikambinghitamkan oleh pemerintah saat itu sebagai penggerak kerusuhan yang terjadi pada 27 Juli 1996 silam yang dikenal dengan Peristiwa Kudatuli atau Peristiwa Sabtu Kelabu.
Kudatuli (Kerusuhan Dua Tujuh Juli) merupakan peristiwa kerusuhan di kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat.
Kerusuhan pecah buntut perebutan kantor DPP PDI antara massa dari kubu Megawati Soekarnoputri (Ketum PDI hasil KLB Surabaya) dengan massa dari kubu Soerjadi (Ketum PDI versi KLB Medan).
Kala itu, Budiman dan rekan-rekan aktivis yang dituduh sebagai dalang Kudatuli ditangkap dan dipenjarakan oleh rezim Orde Baru. Budiman yang kini menjadi politisi PDIP itu divonis penjara selama 13 tahun pada 1997.
Namun Budiman hanya menjalani hukuman selama lebih kurang 3,5 tahun setelah diberi amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada Desember 1999, pasca runtuhnya rezim Orde Baru.
"Budiman merasakan sendiri dinginnya sel penjara, ketika panas kami merasa kegerahan, kami setiap malam dikerubutin nyamuk," ungkap Petrus.
Karenanya, Petrus menyesalkan pertemuan Budiman dengan Prabowo. Prabowo bagi aktivis 98 dianggap sebagai tokoh yang masih menyisakan luka di masa lalu.
"Budiman justru mendatangi Prabowo. Budiman adalah simbol dari aktivis perlawanan masa Orde Baru yang menjatuhkan kediktatoran Soeharto," tegasnya.
Petrus juga menyoroti pernyataan Budiman di beberapa media yang mengaku ingin mewakafkan diri demi persatuan kaum nasionalis, di mana Budiman menilai Prabowo adalah tokoh yang mampu menyatukan kaum nasionalis.
"Kami ingin mengatakan kepada Budiman dalam forum ini, kami juga mewakafkan diri, tetap berjuang untuk mengungkap kasus penculikan, yang harus bertanggung jawab adalah Prabowo," ujar Petrus.
0 Komentar