JALAN NINJA TANPA ETIKA ANIES SANG PENGKHIANAT

  


Anies sekarang ini jadi musuh terjahat bagi Demokrat. Demokrat ngamuk, marah, kesal, mungkin nangis sambil ingusan di pojokan. Demokrat bilang Anies itu pengkhianat. SBY juga nyindir musang berbulu domba. Sakit hati Demokrat sudah memuncak hingga akhirnya memutuskan cerai dengan Anies. Demokrat tidak lagi dukung Anies.

Sebenarnya, secara hitungan politik, Anies lebih dapat untung jika berpasangan dengan Cak Imin ketimbang AHY. Tapi secara persepsi dari publik, nama Anies makin jelek. Anies sudah banyak noda kotor. Bapak politik identitas, gubernur tukang ngibul, dan sekarang dicap pengkhianat.

Kalau kita mundur kebelakang, Anies ini ini dulunya bukan politisi. Dia adalah akademisi dan pernah jadi rektor universitas selama 8 tahun dan pernah menggagas Gerakan Indonesia Mengajar.

Pada Agustus 2013 adalah langkah pertama Anies terjun ke dunia politik. Dia ikut konvensi capres dari Demokrat. Anies bersaing dengan calon lainnya. Pesaing terberat Anies adalah Dahlan Iskan. Hasilnya adalah Dahlan Iskan jadi pemenang konvensi capres. Dari hasil survei 3 lembaga survei, suara Anies paling tinggi cuma dua koma sekian persen.

Kemudian Anies melakukan loncatan yang pertama yaitu menerima tawaran dari Jokowi dan JK untuk menjadi juru bicara Koalisi Indonesia Hebat sekaligus jadi tim pemenangan.

Jokowi dan JK menang Pilpres 2014. Anies sempat diberi jabatan sebagai Deputi Kantor Transisi Jokowi dan JK. Karena jasa Anies yang besar, Anies diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kita sudah tahu bagaimana kinerja Anies semasa jadi menteri. Anies kemudian dicopot.

Menurut saya, inilah momen di mana Anies mulai berubah. Dari yang berwawasan dan logis, menjadi orang yang berpikiran amburadul dan ngomong seenak jidat. Tidak mungkin Anies tidak sakit hati dipecat dari jabatan menteri. Luka itu masih membekas.

Ketika Pilgub DKI 2017, Anies melakukan loncatan kedua. Anies diusung oleh Prabowo bersama dengan Sandiaga Uno. JK adalah satu orang yang mendukung dan mendorong Anies maju.

Loncatan dari konvensi capres Demokrat menjadi tim pemenangan Jokowi-JK, ini masih wajar. Kemudian loncat ke kubu Prabowo, ini juga masih oke meskipun mulai ada tanda-tanda dendam politik.

Anies menang Pilgub DKI 2017. Dan kita bisa melihat bagaimana Anies melampiaskan dendamnya dengan membangkang dan malas kerja sama dengan pemerintah pusat untuk mengatasi masalah Jakarta, misalnya normalisasi sungai dan sodetan Ciliwung.

Anies sewaktu jadi gubernur pernah dirumorkan sebagai capres di Pilpres 2019. Anies bilang dia tidak mau menjadi bagian dari daftar orang yang mengkhianati dan menjegal promotornya. Promotornya di Pilgub DKI adalah PKS dan Gerindra. Prabowo saat itu mau nyapres, jadi Anies tidak mau mengkhianati.

Dan pada Pilpres 2024, Anies melakukan loncatan ke Nasdem dengan menjadi capres dan otomatis akan berhadapan dengan Prabowo. Janji Anies yang tidak mau mengkhianati Prabowo kembali diungkit. Tapi alasan yang beredar adalah janji itu pada Pilpres 2019, bukan Pilpres 2024. Dari sini Anies mulai dicap sebagai pengkhianat.

Puncaknya adalah beberapa hari ini di mana Anies kembali jadi pengkhianat demi Cak Imin dan membuang AHY di pinggir jalan meskipun awalnya sudah memutuskan AHY sebagai cawapres. Ini adalah loncatan terbesar yang dilakukan Anies, yaitu mengibuli AHY. Bayangkan Anies sudah memilih AHY, pernah bilang AHY memenuhi kriteria cawapres, bahkan menulis surat tulisan tangan ke AHY dan memintanya jadi cawapres.

Ini kayak, seorang pria yang mengaku cinta pada seorang wanita, mengaku tidak bisa hidup tanpa dia, mengatakan dia adalah belahan jiwanya, bahkan sudah melamar agar bersedia menikah dengannya, tapi akhirnya pria itu pergi dengan wanita lain. Hati AHY pasti hancur berkeping-keping, kayak mobil yang dijatuhkan dari gedung lantai 100.


Posting Komentar

0 Komentar