Dosen psikologi dari Universitas Bhayangkara, Hanna Rahmi mengatakan, Jika dihubungkan dengan kondisi politik terkini yang sedang memanas terkait pemerintahan dan presiden Jokowi, hal tersebut merupakan cara dari Basuki Hadimuldjono untuk memproses konflik internal yang terjadi di lingkungannya.
“Kadang-kadang, menangis adalah cara untuk memproses konflik internal, merenungkan keputusan penting, atau merenungkan perubahan yang perlu dilakukan dalam hidup seseorang. Orang kuat seperti Pak Bas juga bisa merasa kecewa, marah, atau frustrasi terhadap situasi atau peristiwa tertentu dalam hidupnya.” ujar dia, Rabu (10/2/2023).
Ia menganalisa jika hal tersebut merupakan ungkapan emosi dari apa yang terjadi di sekeliling Basuki.
“satu hal lain terkait air mata, Orang juga bisa meneteskan air mata sebagai respons terhadap situasi sosial atau pengalaman empati dengan orang lain yang sedang mengalami kesulitan atau penderitaan. Ini adalah cara tubuh untuk menunjukkan simpati dan empati terhadap perasaan orang lain,” jelasnya.
Menurutnya, dari kejadian tersebut adalah sebuah respon alami yang dikeluarkan oleh Menteri PUPR tersebut dan bukanlah sebuah kelemahan dalam diri manusia.
“Orang sekuat apapun akan bisa menangis karena alasan-alasan yang mendasarinya. Disini yang perlu ditekankan bahwa menangis bukanlah suatu kelemahan, tetapi merupakan respon emosional alami, artinya pak Bas individu yang peka dan empatinya tinggi," jelasnya.
Pakar komunikasi politik, Emrus Sihombing juga melihat ini sebagai bentuk rasa kesedihan yang juga diliputi oleh PDIP akan langkah Jokowi dan keluarganya.
"Ketika partai ini sedih, tentu saya melihat para kadernya pun pasti bersedih juga, bukankan Basuki Hadimuljono juga kader PDIP," kata dia.
Walaupun Basuki kerap dikenal sebagai sosok yang humoris dan periang, Emrus menilai kesedihan itu sebagai bentuk empati yang humanis atas situasi yang terjadi. "Saya melihat sebagai empati politik, bukan politik empati, tapi empati politik dimana memang partai ini sedang bersedih ditinggal oleh kadernya," Emrus.
0 Komentar