Psikolog Hanna Rahmi menilai sosok Ganjar Pranowo sebagai pemimpin yang supel dan mudah diterima masyarakat. Karakter itu membuatnya dapat dipercaya banyak orang.
Hal ini diungkapkan Hanna dalam acara bedah buku ‘Hitam Putih Ganjar, Jejak Kepemimpinan Ganjar Pranowo di Jawa Tengah’ di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta, Kamis (14/9).
Hanna melanjutkan, dari sisi psikologi Ganjar adalah pemimpin ekstrovert yang supel dengan gaya kepemimpinan energik dan mudah berbaur. Karakter tersebut menjadikan Ganjar mudah diterima masyarakat.
“Hal itu yang dapat dijadikan modal dari model kepemimpinannya yang transformasional sehingga mampu meng-influence masyarakat untuk mengikuti beliau,” kata Hanna, Jumat (15/9).
Menurutnya sosok pemimpin ekstrovert seperti Ganjar pada umumnya bersikap terbuka dalam segala hal. Sikap inilah yang juga mendukung Ganjar mudah dipercaya masyarakat.
Kepribadiannya yang ekstrovert juga membuat Ganjar menjangkau semua kalangan ataupun kelompok masyarakat. Ini alasannya kenapa Ganjar dikagumi banyak orang.
“Ganjar mampu ke semua kalangan baik itu muda, tua, laki-laki, perempuan, itu yang membuat seorang Ganjar Pranowo itu disenangi dan dikagumi. Tidak hanya mereka yang berusia dewasa, tapi juga anak-anak, remaja, dan ibu-ibu,” jelas Hanna.
Hanna menilai karakteristik tersebut menjadi modal bagi Ganjar untuk bisa menjadi pemimpin masa depan yang mampu merangkul seluruh kalangan masyarakat.
“Jadi dari beberapa kelebihan beliau selain dengan gayanya yang luwes, dan kemudian beliau punya filosofi jawa ‘Dipangku Mati’ sehingga dia mampu merangkul semua kalangan. Itu modal utama untuk menjadi pemimpin,” terang Hanna.
Sementara itu, Pakar Ideologi Nasional Sudhamek menyebut kepemimpinan Ganjar yang supel juga menjadikan Jateng sebagai salah satu provinsi paling toleran.
Seperti diketahui, Ganjar membawa Provinsi Jateng mendominasi 10 kota paling toleran di Indonesia versi SETARA Institute. Adapun kota di Jateng yang termaktub dalam raihan itu adalah Salatiga, Surakarta, Semarang, dan Magelang.
“Beliau merawat toleransi dengan baik sekali. Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi dengan toleransi terbaik. Itu yang harus terus dilakukan di tingkat nasional dengan tanggung jawab yang lebih besar lagi,” ucap Sudhamek.
Selain Hanna dan Sudhamek, turut hadir sejumlah narasumber bedah buku yakni Pakar Administrasi dan Kebijakan Publik Agung Firman Sampurna, Pengamat Politik Fahry Ali, Dosen dan Akademisi FISIPOL UGM Ari Dwipayana, hingga Sejarawan Asvi Warman Adam.
0 Komentar