Apakah ini orang yang termasuk jualan agama demi membantu junjungannya bisa berkuasa?
Baru-baru ini beredar di sosmed yang nampaknya seorang caleg dari Gerindra membentangkan spanduk kecil di depan Ka'bah. Di spanduk itu ada foto Wowo dan Blimbing Sayur serta caleg yang bertuliskan H. Rokhmat Adhiyan M.M, serta foto caleg nomor urut 2 dari Gerindra.
Ini bukan kejadian pertama kali oknum orang Indonesia berbuat semacam ini. Kalau ngak salah pernah terjadi juga di pilpres 2014 atau 2019. Waktu itu PKS dan Gerindra dalam satu kubu melawan Jokowi. Dulu ada orang yang menuliskan harapannya agar Prabowo menang lawan Jokowi, tetapi ternyata Prabowo kalah.
Prabowo tetap kalah meski juga sudah didoakan oleh Abdul Somad dan Adi Hidayat. Bahkan waktu itu Somad dan Adi kompak bermimpi sampai lima kali bahwa katanya Prabowo akan menang, dan hal itu disiarkan tv nasional, kalau ngak salah juga adalah tivi one.
Akan selalu ada orang-orang yang menjadikan agama sebagai alat politik, bukan menjadikan agama sebagai falsafah hidup atau ajaran kemanusiaan dan keadilan.
Maka dengan cara-cara seperti itu, wajar saja kalau keberkahan hidup sulit diraihnya. Orang yang menggunakan agama untuk menipu akan mendapatkan kesialan, bahkan akan kecewa, karena tidak sesuai harapannya.
Apakah kualitas kader Gerindra hampir sama dengan PKS? Padahal dengan kejadian-kejadian masa lalu itu, sudah cukup menjadi pelajaran, tetapi kok masih tidak mau belajar dan mengambil hikmah dari kejadian di masa lalu.
Ketahuilah, tidak ada kekuasaan yang langgeng hasil dari jualan agama, karena secara sunnatullah tidak diridhoi. Jualan agama demi ambisi pribadi atau kekuasaan diri dan kelompoknya hanya akan terjadi benturan demi benturan.
Jadi orang yang berpose di depan ka'bah itu sambil bawa spanduk, merasa berhak keinginannya dikabulkan, karena dirinya merasa sudah berkunjung ke rumah Tuhan dan juga merasa sudah suci. Seolah-olah memaksa Tuhan menuruti maunya.
Pemandangan atau cara-cara seperti itu sangat memuakkan. Apakah si caleg itu memang mandek cara berpikrnya sehingga tidak menemukan kreatifitas membranding dirinya? Sampai-sampai mencari suara di Mekah?
Cara-cara itu sudah basi. 2019 atau di 2014 sudah pernah terjadi dan mayoritas rakyat Indonesia tidak suka dengan cara itu dan akhirnya kan Prabowo kalah.
Indonesia akan tetap sulit maju jika orang-orang kayak si Caleg itu yang lolos di Senayan, pasalnya orang yang jualan agama akan sulit berkreasi membangun bangsa atau sulit menghasilkan ide-ide cemerlang sebab agama hanya dijadikan tameng semata.
Memahami agama harus menggunakan akal sehat agar bisa bijak menyikapi kehidupan ini. Kalau agama menggunakan akal bulus atau licik maka hanya akan terjadi kerusakan di lingkungan sosial.
Dan kayaknya sih lebih sportif dan lebih jujur orang-orang yang tidak tampak relijius atau yang kesannya atheis daripada mereka yang menjadikan agama sebagai alat atau jualan demi ambisinya.
Pada dasarnya orang-orang yang gemar jualan agama adalah para kaum pemalas, yang maunya santai dan tinggal minta pada Tuhan maka segala keinginannya terkabul.
Gaya seperti inilah yang membuat kemunduran suatu kaum, apalagi ini orang adalah caleg atau calon wakil rakyat, apanya rakyat yang diwakili kalau bukan hanya ingin dapat gaji buta dan ingin nyaman senyaman-nyamannya dengan berbagai fasilitas.
Padahal ajaran agama Islam yang sejati tidaklah begitu, Islam sejati tetap mendorong manusia berpikir logis dan komprehensif.
Karena Islam memerintahkan berpikir logis maka akan muncul aktivitas kreatif. Dan Islam juga mengajarkan manusia untuk berusaha semaksimal mungkin dan hal itu sudah dicontohkan para nabi yang ujiannya sangat berat.
Dan pada akhirnya Islam mendorong manusia untuk berlomba-lomba berbuat kebajikan, bukan berlomba-lomba bawa spanduk di depan Ka'bah, dan merasa sudah paling sempurna beragama sehingga doanya harus dikabulkan apalagi kalau sedang unroh. Tidaklah begitu sodaraku.
0 Komentar