Puluhan mantan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang tergabung dalam Forum Rakyat Demokratik (FRD) untuk Keadilan Korban Penghilangan Paksa terus berjuang mengungkap kasus-kasus pelanggaran HAM di masa lalu. Menurut mereka, Prabowo Subianto termasuk salah satu yang harus dimintai pertanggungjawabannya.
Mantan sekjen Partai Rakyat Demokratik (PRD) Petrus Hari Hariyanto menyerukan bahwa ia dan beberapa aktivis lain tetap berjuang menuntut penuntasan kasus penghilangan paksa dan pelanggaran HAM berat masa lalu yang bertepatan dengan peristiwa 27 Juli 1996 atau yang dikenal sebutan peristiwa “Kuda Tuli”.
Pada peristiwa 27 Juli 1996, para aktivis PRD, termasuk anggota dari organisasi-organisasi di bawahnya menjadi buronan politik. Beberapa aktivis dipenjara dan sebagian lainnya hilang pada 1997-1998. Menurut catatan Ikatan Keluarga Orang Hilang (IKOHI), ada 13 orang yang belum kembali hingga hari ini. Empat di antaranya adalah para aktivis PRD yakni Wiji Tukul, Bima Petrus, Herman Hendrawan dan Suyat. Seorang aktivis lainnya yang dikenal dengan nama Gilang ditemukan meninggal dunia di sebuah hutan di Magetan pada 23 Mei 1998.
Dengan lantang Petrus menyatakan bahwa sosok Prabowo Subianto-lah yang harus bertanggung jawab atas kasus penculikan tersebut. Prabowo yang kala itu berpangkat Letnan Jenderal Pangkostrad dikeluarkan oleh institusi ABRI karena bertanggung jawab pada kasus penculikan bersama Tim Mawar, sebuah tim kecil yang dibentuk Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Menurut Petrus, sampai saat ini Prabowo belum pernah diadili walaupun dinyatakan bersalah.
Selain itu, Ibunda dari Norma Irmawan alias Wawan, mahasiswa Atma Jaya korban Tragedi Semanggi I, Maria Catarina Sumarsih pun mengakui kalau sampai saat ini ia belum menerima pertanggungjawaban dan permintaan maaf dari Prabowo Subianto.
“Sampai hari ini saya tidak mendapatkan permintaan maaf dan pertanggungjawaban langsung dari Prabowo Subianto, anak saya tewas ditembak Tim Mawar Prabowo, sementara Prabowo sibuk nyapres dan melupakan kami begitu saja.” Kata Sumarsih.
0 Komentar